Minggu, 03 April 2016

WASPADAI GEJALA DBD PADA ANAK SEBELUM BERTAMBAH PARAH!!!



Informasi mengenai gejala DBD pada anak penting diketahui sejak dini oleh orang tua karena penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang masih menjadi ancaman di Indonesia. Angka kejadian DBD di Indonesia cukup tinggi, dan merupakan penyakit endemis yang ada di semua provinsi.
Walaupun program pengendalian DBD selalu digencarkan oleh pemerintah, namun penyakit ini masih sering muncul dan tidak jarang menimbulkan kematian pada anak. Kematian pada penyakit ini biasanya dikarenakan keterlambatan penanganan akibat kurang waspadanya keluarga maupun masyarakat dalam mengenali gejala awal demam berdarah. Padahal jika ditangani lebih awal, angka kematian akibat DBD sebenarnya sangat kecil.
DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Penderita DBD paling banyak adalah usia anak-anak, tetapi tidak sedikit pula yang menyerang orang dewasa. Banyaknya penderita DBD usia anak-anak ini biasanya dikarenakan daya tahan tubuhnya terhadap virus yang masih lemah serta karakteristik anak yang suka bermain di segala tempat, termasuk di tempat-tempat yang banyak sarang nyamuknya. Nyamuk aedes aegypti berkembang biak di air bersih yang menggenang, baik di dalam maupun di luar rumah. Nyamuk ini suka hinggap di baju-baju yang tergantung dan banyak bersarang di tempat-tempat yang sanitasinya buruk.

Beberapa Gejala DBD pada Anak yang Perlu Diketahui dan Diwaspadai

Sebagai orang tua harus selalu waspada terhadap semua gejala yang dialami oleh buah hatinya yang mengarah pada penyakit DBD. Kewaspadaan dan kecepatan adalah kunci dari keberhasilan penanganan penderita DBD. Berikut ini adalah gejala DBD pada anak yang harus selalu Kamu waspadai:
1.  Demam
Demam adalah ciri yang paling umum dari gejala DBD pada anak. Demam merupakan respon alamiah antibodi untuk melakukan perlawanan atas masuknya virus dengue ke dalam tubuh. Demam pada penderita DBD biasanya terjadi secara tiba-tiba/mendadak. Misalnya saja pada anak sekolah yang pada pagi harinya masih segar bugar berangkat ke sekolah, namun pulang sekolah tiba-tiba terjadi demam. Atau pada usia balita yang semula aktif bermain tiba-tiba saja panas dan lesu. Demam diartikan sebagai panas tinggi (suhu lebih dari 38°C). Pada DBD, hal yang harus diwaspadai adalah panas anak lebih dari dua hari yang tidak turun walaupun sudah diberi obat penurun panas.
Dalam penyakit DBD, dikenal adanya demam dengan pola menyerupai pelana kuda. Maksudnya adalah pada 3 hari pertama anak akan mengalami demam tinggi, kemudian hari ke-4 sampai ke-5 mengalami penurunan, dan hari ke-6 sampai ke-7 adalah fase penyembuhan. Yang harus diwaspadai adalah justru pada saat suhunya turun ini, karena jika suhu turun secara drastis dikhawatirkan merupakan tanda-tanda terjadinya syok. Oleh karena itu sebaiknya jangan ambil resiko, jika anak telah mengalami panas selama dua hari berturut-turut maka sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau ke sarana pelayanan kesehatan terdekat.
Demam yang diakibatkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes agypti sebenarnya tidak selalu menjadi demam berdarah. Jika seseorang memiliki ketahanan tubuh yang bagus, virus tersebut hanya akan menimbulkan DD (Demam Dengue) saja. Dan DD ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan atau perawatan khusus. Tetapi jika ketahanan tubuh seseorang sedang menurun, maka virus dengue dapat menimbulkan DBD karena telah terjadi kebocoran plasma darah. Kondisi inilah yang memerlukan penanganan medis segera. Sebab jika tidak cepat ditangani, DBD dapat meningkat statusnya menjadi DSS (Dengue Shock Syndrome) yang berpotensi menimbulkan kematian.
     2.           Pusing/sakit kepala
Pusing/sakit kepala adalah salah satu gejala DBD pada anak yang sering dijumpai pada banyak kasus. Sakit kepala merupakan pertanda umum adanya perubahan fisiologis dari tubuh akibat masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, dalam hal ini virus dengue yang ikut berpengaruh terhadap impuls pusat saraf sehingga menimbulkan pusing. Pusing biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman pada badan sehingga harus banyak beristirahat.
     3.           Anak terlihat lemah dan pucat
Gejala DBD pada anak juga diperlihatkan dengan kondisinya yang lemah dan pucat. Anak biasanya langsung lesu, tidak mau beraktifitas, dan ingin selalu berbaring di tempat tidur. Badannya terasa lemah dan letih dengan wajah yang terlihat pucat. Pada usia balita, selain panas biasanya anak sering rewel dan selalu minta gendong ibu atau pengasuhnya. Ditambah lagi jika anak susah makan dan minum maka kondisinya akan semakin lemah.
     4.           Mual dan sakit perut
Mual dan sakit perut juga merupakan gejala DBD pada anak dikarenakan proses inflamasi virus di saluran pencernaan. Sakit perut yang sering dialami dalam berbagai kasus yaitu pada perut bagian atas atau sekitar ulu hati. Kondisi ini biasanya dibarengi dengan rasa mual atau muntah. Dengan adanya gejala ini pada umumnya nafsu makan anak menjadi sangat berkurang.
     5.           Ruam merah pada kulit atau terjadinya perdarahan
Ruam merah pada kulit merupakan gejala DBD pada anak yang paling khas. Ruam merah ini merupakan tanda terjadinya perdarahan internal akibat kebocoran plasma darah di dalam tubuh. Jika masih fase awal, ruam merah ini biasanya agak susah dilihat sehingga perlu kejelian khusus untuk mengamatinya. Metode yang sering digunakan oleh tenaga kesehatan untuk melihat adanya ruam yang susah dilihat pada fase awal ini adalah dengan menggunakan test RL (Rumple Leed). Kamu pun juga dapat mencobanya sendiri di rumah untuk memeriksanya, tetapi jika tidak merasa yakin maka sebaiknya diserahkan saja ke petugas kesehatan untuk melakukannya.
Cara melakukan test RL yaitu dengan menggunakan alat pengukur tensi darah (spygnomanometer), di mana penderita diukur dahulu tekanan darahnya, catat batas atasnya (sistole) dan batas bawahnya (diastole). Lalu tentukan angka pembendung/penahannya, yaitu ½ (sistole+diastole). Lalu naikkan lagi spygnomanometernya tetapi kali ini ditahan pada angka pembendung yang tadi telah dihitung. Tahan sampai sekitar 5 menit, lepaskan manset pada pengukur tensi, dan lihat di daerah sekitar lipatan sikunya apakah keluar ruam merah atau tidak. Cara merupakan metode manual untuk penjaringan (skrining) awal penderita DBD, untuk lebih validnya harus diikuti dengan test laboratorium.
Pada kasus yang lebih parah, ruam merah dapat terlihat jelas dan tersebar di sekujur tubuh penderita. Dapat pula terjadi perdarahan eksternal, misalnya terjadinya mimisan, muntah atau batuk disertai darah, atau BAB bercampur darah. Kondisi ini sangat membahayakan penderita dan dapat mengancam nyawa jika tidak segera mendapatkan pertolongan medis.
     6.           Syok
Syok merupakan gejala demam berdarah pada anak dalam fase yang parah dan dapat menimbulkan kematian. Kondisi ini dinamakan sebagai DSS (Dengue Shock Syndrome) yang ditandai dengan suhu badan yang dingin (mudah dirasakan pada telapak tangan dan kaki), badan lemas, sianosis (kuku dan bibir membiru), dan terjadinya penurunan kesadaran.
7.  Hasil laboratorium
Secara umum, baik pada anak maupun gejala DBD pada orang dewasa, pada hasil laboratoriumnya biasanya ditemukan pemeriksaan trombosit darah yang kurang dari 100,000/ul, peningkatan hematokrit lebih dari 20% dibandingkan normal. Selain itu pada pemeriksaan antibodi (IgG dan IgM) ditemukan adanya virus dengue dalam darah penderita.
Pengobatan DBD adalah untuk memperbaiki kondisi pasien. Dokter biasanya akan merekomendasikan untuk rawat inap dengan tujuan utama untuk meningkatkan masukan cairan secara intensif, mengobati gejala/simptom, dan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya syok. Untuk penanganan awal gejala DBD pada anak, sebaiknya berikan anak minum sebanyak-banyaknya untuk menghindari terjadinya dehidrasi akibat kebocoran plasma darah, berikan obat penurun panas, dan setelah itu segera bawa ke dokter atau fasilitas layanan kesehatan untuk penanganan medis lebih lanjut.

0 komentar:

Posting Komentar