Informasi mengenai gejala DBD pada anak penting diketahui sejak
dini oleh orang tua karena penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang masih
menjadi ancaman di Indonesia. Angka kejadian DBD di Indonesia cukup tinggi, dan
merupakan penyakit endemis yang ada di semua provinsi.
Walaupun program pengendalian DBD selalu digencarkan oleh
pemerintah, namun penyakit ini masih sering muncul dan tidak jarang menimbulkan
kematian pada anak. Kematian pada penyakit ini biasanya dikarenakan
keterlambatan penanganan akibat kurang waspadanya keluarga maupun masyarakat
dalam mengenali gejala awal demam berdarah. Padahal jika ditangani lebih awal,
angka kematian akibat DBD sebenarnya sangat kecil.
DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Penderita DBD
paling banyak adalah usia anak-anak, tetapi tidak sedikit pula yang menyerang
orang dewasa. Banyaknya penderita DBD usia anak-anak ini biasanya dikarenakan
daya tahan tubuhnya terhadap virus yang masih lemah serta karakteristik anak
yang suka bermain di segala tempat, termasuk di tempat-tempat yang banyak sarang
nyamuknya. Nyamuk aedes aegypti
berkembang biak di air bersih yang menggenang, baik di dalam maupun di luar
rumah. Nyamuk ini suka hinggap di baju-baju yang tergantung dan banyak
bersarang di tempat-tempat yang sanitasinya buruk.
Beberapa Gejala DBD pada Anak yang Perlu Diketahui dan Diwaspadai
Sebagai orang tua harus selalu waspada terhadap semua gejala
yang dialami oleh buah hatinya yang mengarah pada penyakit DBD. Kewaspadaan dan
kecepatan adalah kunci dari keberhasilan penanganan penderita DBD. Berikut ini
adalah gejala DBD pada anak yang harus selalu Kamu waspadai:
1. Demam
Demam adalah ciri yang paling umum dari gejala DBD pada anak.
Demam merupakan respon alamiah antibodi untuk melakukan perlawanan atas
masuknya virus dengue ke dalam tubuh. Demam pada penderita DBD biasanya terjadi
secara tiba-tiba/mendadak. Misalnya saja pada anak sekolah yang pada pagi
harinya masih segar bugar berangkat ke sekolah, namun pulang sekolah tiba-tiba
terjadi demam. Atau pada usia balita yang semula aktif bermain tiba-tiba saja
panas dan lesu. Demam diartikan sebagai panas tinggi (suhu lebih dari 38°C).
Pada DBD, hal yang harus diwaspadai adalah panas anak lebih dari dua hari yang
tidak turun walaupun sudah diberi obat penurun panas.
Dalam penyakit DBD, dikenal adanya demam dengan pola menyerupai
pelana kuda. Maksudnya adalah pada 3 hari pertama anak akan mengalami demam
tinggi, kemudian hari ke-4 sampai ke-5 mengalami penurunan, dan hari ke-6
sampai ke-7 adalah fase penyembuhan. Yang harus diwaspadai adalah justru pada saat
suhunya turun ini, karena jika suhu turun secara drastis dikhawatirkan
merupakan tanda-tanda terjadinya syok. Oleh karena itu sebaiknya jangan ambil
resiko, jika anak telah mengalami panas selama dua hari berturut-turut maka
sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau ke sarana pelayanan kesehatan
terdekat.
Demam yang diakibatkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk
aedes agypti sebenarnya tidak selalu
menjadi demam berdarah. Jika seseorang memiliki ketahanan tubuh yang bagus,
virus tersebut hanya akan menimbulkan DD (Demam Dengue) saja. Dan DD ini
biasanya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan atau perawatan khusus.
Tetapi jika ketahanan tubuh seseorang sedang menurun, maka virus dengue dapat
menimbulkan DBD karena telah terjadi kebocoran plasma darah. Kondisi inilah
yang memerlukan penanganan medis segera. Sebab jika tidak cepat ditangani, DBD
dapat meningkat statusnya menjadi DSS (Dengue Shock Syndrome) yang berpotensi
menimbulkan kematian.
2.
Pusing/sakit kepala
Pusing/sakit kepala adalah salah satu gejala DBD pada anak yang
sering dijumpai pada banyak kasus. Sakit kepala merupakan pertanda umum adanya
perubahan fisiologis dari tubuh akibat masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh,
dalam hal ini virus dengue yang ikut berpengaruh terhadap impuls pusat saraf
sehingga menimbulkan pusing. Pusing biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman
pada badan sehingga harus banyak beristirahat.
3.
Anak terlihat lemah dan pucat
Gejala DBD pada anak juga diperlihatkan dengan kondisinya yang
lemah dan pucat. Anak biasanya langsung lesu, tidak mau beraktifitas, dan ingin
selalu berbaring di tempat tidur. Badannya terasa lemah dan letih dengan wajah
yang terlihat pucat. Pada usia balita, selain panas biasanya anak sering rewel
dan selalu minta gendong ibu atau pengasuhnya. Ditambah lagi jika anak susah
makan dan minum maka kondisinya akan semakin lemah.
4.
Mual dan sakit perut
Mual dan sakit perut juga merupakan gejala DBD pada anak
dikarenakan proses inflamasi virus di saluran pencernaan. Sakit perut yang
sering dialami dalam berbagai kasus yaitu pada perut bagian atas atau sekitar
ulu hati. Kondisi ini biasanya dibarengi dengan rasa mual atau muntah. Dengan
adanya gejala ini pada umumnya nafsu makan anak menjadi sangat berkurang.
5.
Ruam merah pada kulit atau terjadinya perdarahan
Ruam merah pada kulit merupakan gejala DBD pada anak yang paling
khas. Ruam merah ini merupakan tanda terjadinya perdarahan internal akibat
kebocoran plasma darah di dalam tubuh. Jika masih fase awal, ruam merah ini
biasanya agak susah dilihat sehingga perlu kejelian khusus untuk mengamatinya.
Metode yang sering digunakan oleh tenaga kesehatan untuk melihat adanya ruam
yang susah dilihat pada fase awal ini adalah dengan menggunakan test RL (Rumple Leed). Kamu pun juga dapat
mencobanya sendiri di rumah untuk memeriksanya, tetapi jika tidak merasa yakin
maka sebaiknya diserahkan saja ke petugas kesehatan untuk melakukannya.
Cara melakukan test RL yaitu dengan menggunakan alat pengukur
tensi darah (spygnomanometer), di
mana penderita diukur dahulu tekanan darahnya, catat batas atasnya (sistole)
dan batas bawahnya (diastole). Lalu tentukan angka pembendung/penahannya, yaitu
½ (sistole+diastole). Lalu naikkan lagi spygnomanometernya tetapi kali ini
ditahan pada angka pembendung yang tadi telah dihitung. Tahan sampai sekitar 5
menit, lepaskan manset pada pengukur tensi, dan lihat di daerah sekitar lipatan
sikunya apakah keluar ruam merah atau tidak. Cara merupakan metode manual untuk
penjaringan (skrining) awal penderita DBD, untuk lebih validnya harus diikuti
dengan test laboratorium.
Pada kasus yang lebih parah, ruam merah dapat terlihat jelas dan
tersebar di sekujur tubuh penderita. Dapat pula terjadi perdarahan eksternal,
misalnya terjadinya mimisan, muntah atau batuk disertai darah, atau BAB
bercampur darah. Kondisi ini sangat membahayakan penderita dan dapat mengancam
nyawa jika tidak segera mendapatkan pertolongan medis.
6.
Syok
Syok merupakan gejala demam berdarah pada anak dalam fase yang
parah dan dapat menimbulkan kematian. Kondisi ini dinamakan sebagai DSS (Dengue Shock Syndrome) yang ditandai
dengan suhu badan yang dingin (mudah dirasakan pada telapak tangan dan kaki),
badan lemas, sianosis (kuku dan bibir membiru), dan terjadinya penurunan
kesadaran.
7. Hasil laboratorium
Secara umum, baik pada anak maupun gejala DBD pada orang dewasa,
pada hasil laboratoriumnya biasanya ditemukan pemeriksaan trombosit darah yang
kurang dari 100,000/ul, peningkatan hematokrit lebih dari 20% dibandingkan
normal. Selain itu pada pemeriksaan antibodi (IgG dan IgM) ditemukan adanya
virus dengue dalam darah penderita.
Pengobatan DBD adalah untuk memperbaiki kondisi pasien. Dokter
biasanya akan merekomendasikan untuk rawat inap dengan tujuan utama untuk
meningkatkan masukan cairan secara intensif, mengobati gejala/simptom, dan
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya syok. Untuk penanganan awal gejala
DBD pada anak, sebaiknya berikan anak minum sebanyak-banyaknya untuk
menghindari terjadinya dehidrasi akibat kebocoran plasma darah, berikan obat
penurun panas, dan setelah itu segera bawa ke dokter atau fasilitas layanan
kesehatan untuk penanganan medis lebih lanjut.
0 komentar:
Posting Komentar