Tidur adalah kebutuhan penting dalam kehidupan
manusia, khususnya anak-anak. Kebutuhan tidur pada anak semakin berkurang
seiring dengan bertambahnya usia anak.
Tahapan tidur pada bayi dan anak bisa dikelompokkan
menjadi: tidur aktif atau REM (Rapid
Eye Movement) dan tidur lelap atau non-REM (Rapid Eye Movement).
Pada saat tidur, terjadi perbaikan sel-sel otak, dan produksi sekitar 75%
hormon tubuh.
Siklus tidur memiliki keterkaitan dengan hormon
tubuh. Hormon pertumbuhan disekresi pada awal periode tidur lelap dan dihambat
selama tidur REM (Rapid
Eye Movement), yang berhubungan dengan mimpi.
Dokter Marc Weissbluth dalam bukunya Healthy Sleep Habits, dan
Happy Child mengungkapkan
bahwa pabila anak tidak cukup tidur, maka badan tidak bisa menyelesaikan
tahapan yang diperlukan untuk perbaikan otot, pengaturan pikiran dan memori,
serta pelepasan hormon yang mengatur pertumbuhan dan nafsu makan. Hal ini
menggambarkan pentingnya hubungan antara tidur dan tumbuh kembang anak.
Tidur yang cukup tidak secara multak diukur
berdasarkan jumlah jam tidur dalam sehari. Beberapa tanda anak cukup tidur
adalah jika anak bisa tertidur dengan mudah di malam hari, bisa terbangun
dengan mudah di waktu normal pada pagi hari, dan tidak memerlukan tidur siang
yang melebihi kebutuhan sesuai perkembangannya.
Anak bisa dikatakan mendapatkan istirahat yang cukup
apabila memenuhi jadwal tidur dalam sehari yang teratur, total waktu tidur,
tidur siang, dan konsilidasi tidur yang baik secara seimbang.
Kekhawatiran orangtua terhadap pola tidur anak
ternyata adalah salah satu masalah yang sering dikonsultasikan kepada dokter
anak. Pasalnya, gangguan
tidur yang sering kali terjadi pada anak bisa mengganggu kenyamanan tidur anak
tersebut.
Ada beberapa gangguan
tidur yang bisa terjadi pada anak, antara lain:
· Night Waking
Night waking didefinisikan sebagai bangun dan menangis 1 kali
atau lebih antara tengah malam hingga jam 5.00 pagi. Night waking terjadi
paling sedikit 4 malam dalam seminggu, dan dalam 4 minggu dalam sebulan. Kira-kira
25% gangguan tidur Night Waking
terjadi pada bayi antara umur 6 bulan dan 12 bulan.
· Night terrors (pavor nocturn)
Night terrors umumnya terjadi pada anak berumur 18 bulan hingga 5
tahun. Night terrors
merupakan kondisi anak yang sedang tidur lalu tiba-tiba duduk, berteriak,
tampak bingung, disorientasi, mata terbelalak, dan terlihat sangat ketakutan.
Anak tersebut walaupun sedang terbangun tetapi ia tidak mengenal orangtuanya
atau orang lain. Kondisi ini hanya berlangsung beberapa menit, kemudian anak
tidur kembali. Namun demikian, kondisi ini juga bisa berlangsung lama.
Karena
ini bukan mimpi, maka keesokan harinya anak tidak akan mengingat kejadian yang dia
alami tersebut. Peristiwa ini biasanya terjadi pada keadaan anak yang sedang
sakit, stres, kurang tidur, namun bisa juga terjadi tanpa faktor yang jelas.
· Somnambulism (tidur berjalan)
Somnambulism sering terjadi pada anak besar atau remaja, antara
umur 5 dan 7 tahun, dan sering dipengaruhi oleh riwayat keluarga dengan
gangguan serupa. Pada keadaan somnambulism,
anak terbangun dari tempat tidurnya, lalu berjalan, naik tangga, atau ke kamar
mandi dengan mata terbuka, bahkan anak dapat sampai keluar rumah yang bisa
membahayakan hidupnya.
Saat
anak mengalami kondisi ini, dia tidak bisa menjawab pertanyaan. Umumnya,
kondisi ini berlangsung sebentar, hanya beberapa menit, kemudian anak tertidur
kembali.
· Nightmares (mimpi buruk)
Nightmare Paling sering terjadi pada anak berumur 4-6 tahun,
walaupun studi membuktikan bahwa 25% anak berumur 6-12 tahun masih bisa
mengalami mimpi buruk. Ketika kondisi ini terjadi, anak akan terbangun
sepenuhnya dan tampak ketakutan. Hal ini biasanya bisa membuat sang anak selalu
teringat akan isi dari mimpi buruknya tersebut, namun bisa ditenangkan oleh
orangtua. Seperti night
terrors, nightmare
ini mudah timbul bila ada faktor stres.
Mimpi
buruk bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa faktor yang bisa
mencetuskan mimpi buruk, di antaranya:
· Mengonsumsi makanan khusus pada malam hari, seperti coklat, keju dan minuman bersoda.
· Menonton program televisi tertentu.
· Masa inkubasi penyakit.
· Rasa khawatir akan sesuatu.
Oleh
sebab itu, sikap orangtua adalah menenangkan dan mendampingi, yakinkan bahwa
itu hanyalah sebuah mimpi dan bukan kejadian yang sebenarnya. Bila kejadian ini
berulang secara teratur, maka perlu diketahui latar belakangnya dan bila perlu
konsultasikan hal ini ke psikolog.
· Sleep Refusal (bedtime struggles)
Sleep refusal merupakan kondisi anak yang menolak untuk tidur
dengan cara menarik perhatian orangtua, misalnya dengan meminta sesuatu secara
berulang-ulang, seperti meminta minum, pergi ke toilet, ataupun meminta
makanan.
Pada
umumnya, masalah ini bisa ditangani dengan menciptakan apa yang disebut dengan good sleep hygiene,
yaitu lingkungan tenang, cukup gelap dengan suhu yang nyaman. Selain itu,
masalah ini bisa juga ditangani dengan menciptakan waktu tidur yang rutin,
menempatkan anak di tempat tidur sebelum jam tidur dan tidak menimbulkan
paparan menakutkan atau aktivitas yang berlebihan 1 jam sebelum anak tertidur.
Cara ini sebaiknya dimulai sedini mungkin agar bisa menjadi suatu tindakan
mencegah yang merupakan penanganan utama dari gangguan
tidur pada anak bila dikerjakan secara konsisten.
· Night walking
Night
walking merupakan kondisi anak yang terbangun pada malam hari, bisa disertai
tangisan yang lama, dan kejadiannya berulang-ulang. Hal ini bila dibiarkan tentunya
merupakan sumber stres bagi orangtua. Ada beberapa faktor yang bisa membuat
anak terbangun malam hari, misalnya infeksi telinga.
Tindakan
penanganan yang bisa dilakukan untuk menangani night walking adalah dengan memberikan keterampilan
self-soothing
pada anak. Disamping itu, bisa pula dilakukan dengan menerapkan good sleep hygiene,
seperti yang telah disebutkan di atas. Dan apabila anak bila anak menangis
pastikan bahwa tidak ada masalah fisik terjadi.
· Sleep paralysis (kelumpuhan waktu tidur)
Sleep paralysis terjadi pada anak besar atau remaja. Kondisi ini bias
terjadi pada waktu anak baru saja tertidur, dan dengan mendadak kondisi badan,
tangan dan kaki anak menjadi tidak bisa bergerak. Kondisi ini biasanya hanya
berlangsung selama beberapa detik, dan berakhir secara spontan atau segera
berakhir bila orang yang mengalaminya disentuh. Hampir semua orang pernah
mengalami keadaan seperti ini,yang dilebih dikenal “ketindihan”.
· Sleep starts (miyoclonus nocturnal)
Miyoclonus nocturnal berupa serangan mioklonus atau mioklonik yang dapat
terjadi pada anak yang baru saja tertidur. Ini merupakan bentuk fisiologik
mioklonus. Kondisi ini bukan epilepsi dan tidak perlu pengobatan.
· Bed wetting (ngompol)
Ngompol
biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam dan anak bisa bangun secara
mendadak. Hal ini termasuk salah satu gangguan tidur. Kondisi ini terjadi
sehubungan dengan anak yang masih memiliki kesulitan kontrol terhadap fungsi
kandung kemih pada malam hari, yang biasanya dicapai pada umur 3 tahun.
Pada
umur 6 bulan, rata-rata anak mengompol setiap 2 jam. Pada kondisi seperti ini,
popok sekali pakai yang berkualitas mempunyai peran penting dalam membantu
meningkatkan kualitas tidur bayi sepanjang malam.
Sebagai orangtua, Anda harus bisa membedakan antara
anak dengan waktu tidur yang singkat (short
sleeper) dan anak dengan kurang tidur. Sebab, kurang tidur bisa
menyebabkan anak tampak mengantuk yang nantinya akan mempengaruhi aspek
kognitif, akademik dan perilaku selama siang hari. Bila gangguan tidur
berlanjut atau mempengaruhi aktivitas anak pada siang hari, ada baiknya Anda
segera berkonsultasi dengan dokter.
sumber : Klikdokter.com
0 komentar:
Posting Komentar